KRISIS MONETER 1998 dan KEBIJAKANYA


KRISIS MONETER 1997-1998 dan KEBIJAKANNYA
Disusun untuk memenuhi tugas Ekonomi Makro KD 1.

 
Description: C:\Users\win7\Documents\logo_uns.gif

Disusun oleh
NURUL AFIFAH
F0311090

UNIVERSITAS NEGERI SEBELAS MARET SURAKARTA
FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI
2011

LATAR BELAKANG
Krisis moneter yang melanda negara-negara anggota ASEAN, telah menjadikan
struktur perekonomian negara-negara tersebut terguncang. Krisis ini dimulai pada  pertengahan tahun 1997 semua perekonomian negara negara ASEAN terpuruk oleh krisis ekonomi regional yang disebabkan oleh depresiasi mata uang dollar terhadap Amerika. Tak tekecuali  bagi Indonesia, akibat dari terjadinya krisis moneter yang kemudian berlanjut pada krisis ekonomi dan politik ini, telah menyebabkan kerusakan yang cukup signifikan terhadap sendi-sendi perekonomian nasional.
“Secara garis besar, terganggunya perekonomian Indonesia dicerminkan oleh tingkat
pertumbuhan ekonomi 1997 yang merosot menjadi 4,91% bahkan pada triwulan III tahun
1998 pertumbuhannya minus 17,13%, turun drastis dari rata-rata pertumbuhan selama tiga
tahun terakhir sebesar 7,9%”. (Yudanto,Noor.1998). Hal ini diperparah lagi dengan menurunya nilai tukar rupiah secara tajam terhadap terhadap dollar. Terganggunya perekonomian ini memiliki dua makna terhadap sektor ekonomi. Disatu pihak menimbulkan kelupuhan pada sektor ekonomi daerah perkotaan yang mungkin bergantung pada dollar Amerika. Disisi lain mungkin bagi masyarakat pedesaan yang mayoritas petani kurang merasakan akibat terpuruknya keadaan ini, karena petani tidak bergantung pada dolar. Akan tetapi sangat mungkin dampak yang dirasakan petani adalah kenaikan harga barang-barang pokok karena pemerintah tidak bisa membiayai impor bahan baku karena melemahnya pertumbuhan ekonomi.
Untuk mengatasi keadaan ini pemerintah tidak tinggal diam. Hal ini dibuktikan pemerintah dengan mengeluarkan beberapa kebijakan, baik kebijakan sementara maupun tetap. Salah satunya pemerintah pada saat itu mengeluarkan kebijakan sementara yang dipimpin langsung oleh menteri keuangan saat itu. “Dalam jangka pendek kebijaksanaan ekonomi tersebut memiliki dua sasaran strategis, yaitu pertama, mengurangi dampak negatif dari krisis tersebut terhadap kelompok penduduk berpendapatan rendah dan rentan; dan kedua, pemulihan pembangunan ekonomi ke jalur petumbuhan yang tinggi”. (Kartasasmita,Ginandjar.1998)
Dengan kebijakan yang telah dibuat tersebut pemerintah optimis krisis dapat segera diatasi, terutama perbaikan ekonomi bagi masyarakat menengah kebawah.




PEMBAHASAN
1.Penyebab dan Dampak Krisis
Krisis yang melanda Indonesia pada tahun 1997 -1998 bukan krisis pertama yang dialami oleh Indonesia. Akan tetapi krisis ini termasuk krisis yang tergolong parah dan mempunyai rentetan dampak yang tidak sedikit. Selain fakta krisis diatas, menurunya perekonomian Indonesia dibuktikan oleh data beberapa sumber.
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 1990-1997

1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
Pertumbuhan Ekonomi
%
7,24
6,95
6,46
6,50
7,54
8,22
7,98
4,65
Tingkat Inflasi
%
9,93
9,93
5,04
10,18
9,66
8,96
6,63
11,60
Sumber : BPS, Indikator Ekonomi; Bank Indonesia, Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia;
World Bank. dalam Tarmidi,Lepi T.1998
Melemahnya pertumbuhan perekonomian Indonesia yang disebabkan oleh merosotnya nilai tukar dollar Amerika, diperparah lagi oleh peristiwa dalam dunia perdagangan seperti yang diungkapkan oleh  Adwin S. Atmadja dalam Jurnal Akuntansi dan keuangan tahun 1999 bahwa krisis ekonomi di Indonesia terjadi akibat adanya Domino Effect dari terdepresiasinya mata uang Thailand (bath) dan negara lainya, dimana salah satunya telah mengakibatkan terjadinya lonjakan harga  barang-barang yang diimpor Indonesia dari luar negeri yang menyebabkan lonjakan harga dalam negeri secara drastis. Dari berbagai latarbelakang penyebab terjadinya krisis moneter tersebut mengakibatkan beberapa masalah ekonomi seperti inflasi yang tinggi dan masalah sosial yang tak kunjung selesai seperti pengangguran
Dampak yang ditimbulkan oleh krisis ini mulai dari sektor perbankan sampai sektor sosial masyarakat.
Beberapa jurnal ekonomi menyebutkan bahwa dampak dari krisis ini yang paling banyak adalah inflasi.” melemahnya nilai tukar rupiah telah menurunkan daya beli masyarakatkarena naiknya inflasi yang tertransmisi melalui kenaikan harga-harga barang konsumsi yang sarat kandungan impor”. ( Yudanto,Noor.1998).
Namun bila dikaji lebih mendalam  sebenarnya dampak yang ditimbulkan oleh krisis moneter ini lebih dari adanya inflasi, melainkan krisis ini telah menimbulkan dampak nyata pada
kehidupan sosial masyarakat. Adapun contoh dampak krisis terhadap sosial masyarakat, salah satunya meningkatnya angka pengangguran.
“Jutaan penduduk telah kehilangan pekerjaan pada awal berlangsungnya krisis ekonomi.  Antara bulan Agustus 1997 hingga Agustus 1998, jumlah penganggur yang kehilangan pekerjaan akibat krisis (pemutusan hubungan kerja/PHK, usaha terhenti atau masalah lain yang berhubungan dengan krisis), yaitu sebanyak 4,2 juta orang (BPS, Sakernas 1998). Tetapi data yang tercatat di Depnaker pada tahun 1998 adalah 7,3 juta. ILO dan UNDP (1998) memperkirakan terdapat sebanyak 5,41 juta penganggur karena dampak krisis, mencakup korban PHK dan penganggur lain yang tidak bisa bekerja lagi karena usaha atau tempat kerjanya terkena imbas krisis”. (Romdiati, Haning.2000)

Dengan adanya banyak dampak yang disebabkan oleh krisis ini, pemerintah menyusun strategi dengan mengeluarkan beberapa kebijakan untuk permasalahan yang kiranya harus segera mendapat penanganan agar tidak menimbulkan dampak yang seamakin parah. Kebijakan yang dikeluarkan pemerintah terutama adalah penyelesaian masalah inflasi dan pengangguran guna menstabilkan keadaan perekonomian negara.
“Sebagai konsekuensi dari krisis moneter ini, Bank Indonesia pada tanggal 14 Agustus
1997 terpaksa membebaskan nilai tukar rupiah terhadap valuta asing, khususnya dollar
AS, dan membiarkannya berfluktuasi secara bebas (free floating) menggantikan sistim managed  floating yang dianut pemerintah sejak devaluasi Oktober 1978”.( Tarmidi. Lepi.T.1998)
Untuk mengatasi inflasi tersebut, kebijakaan pemerintah yang utama dilakukan saat itu adalah menstabilkaan perekonomian dengan memperkuat nilai tukar rupiah terhadap valuta asing, khususnya terhadap dolar Amerika.(Kartasasmita, Ginandjar.1998. dan Adwin S.Atmadjaya dalam jurnal akuntansi dan keuangan tahun 1999.)
Selain kebijakan memperkuat nilai tukar rupiah, untuk menekan laju inflasi pemerintah memanfatkan suku bunga dengan harapan jumlah uang yang beredar di masyarakat bisa segera dikendalian. “Tight money policy yang dilakukan dengan cara menaikkan tingkat suku bunga SBI (melalui open market mechanism) sangat tinggi, pada satu sisi akan efektif
untuk mengurangi money suplly”. ( Adwin S. Atmadja.1999 )
Adapun setelah tahun 1998 pemerintah mengambil kebijakan moneter  yang diarahkan pada
penciptaan stabilitas harga dengan target base money (inflation targeting lite). (Prijambodho, Bambang.2006)
Sedangkan untuk mengatasi permasalahan yang ditimbulkan oleh krisis  di bidang sosial masyarakat khususnya penganguran, pemerintah memberikan perhatian yang tidak sedikit. Hal ini dikarenakan dampak dari banyaknya pengangguran dapat menghambat pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga beberapa tahun kedepan.
“untuk mengurangi dampak negatif dari krisis ekonomi terhadap kelompok penduduk
berpendapatan rendah dikembangkannya jaring pengaman sosial yang meliputi program
penyediaan kebutuhan pokok dengan harga terjangkau, mempertahankan tingkat pelayanan
pendidikan dan kesehatan pada tingkat sebelum krisis serta penanganan pengangguran dalam upaya mempertahankan daya beli kelompok masyarakat berpendapatan rendah”
(Kartasasmita,Ginandjar.1998)
Banyak cara yang dilakukan pemerintah untuk merespon adanya pengangguran tersebut.
“Kesulitan mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan bidang pekerjaan sebelumnya bagi penganggur korban krisis telah direspons dengan berbagai cara, baik oleh individu penganggur maupun masyarakat. Upaya-upaya yang dilakukan pada umumnya mengarah pada pemanfaatan potensi wilayah dan akses peluang kerja yang ada di sekitar lokasi kajian, tetapi strategi yang dilakukan tampak jelas berbeda antara penganggur berpendidikan tinggi dan yang kurang berpendidikan”.( Romdiati, Haning.2000 )













PENUTUP
Krisis moneter yang berlangsung di Indonesia pada tahun 1997-1998, dapat disimpulkan sbagai dampak dari penurunan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika. Tak hanya Indonesi, negara- negara tetangga pun juga merasakan. Akan tetapi Indonesia termasuk negara yang terparah akibat masalah tersebut. Hal ini dikarenakan Indonesia sangat tergantung pada dollar Amerika, entah dari sektor impor maupun sektor lain. Dengan adanya keadaan tersebut sebenarnya Indonesia mengalami masalah dalam ekonomi makronya. Hal ini terbukti Indonesia saat itu mengalami Inflasi dan angka pengangguran yang cukup tinggi.
Dapat dikatakan juga krisis saat itu menyerang secara langsung sektor riil dari perekonomian Indonesia.
Pertama, dalam menyikapi inflasi pemerintah mengambil kebijakan menaikkan suku bunga, dimana suku bunga masih dianggap efektif untuk menekan laju inflasi dengan asumsi bila suku bunga dinaikkan orang akan berbondong-bondong menabung uangnya di bank sehingga jumlah uang yang beredar dimasyaraakat dapat berkurang. Selain itu dengan menaikkan suku bunga diharapkan mampu memperkuat nilai tukar rupiah karena terjadi pemasukan modal dari luar negeri.
Akan tetapi menaikkan suku bunga menjadi lebih tinggi mempunyai risiko yang mungkin dapat berakibat fatal bagi sektor-sektor perekonomian di Indonesia. Seperti yang kita ketahui bahwa suku bunga berhubungan negatif dengan harga saham karena peningkatan suku bunga mengakbatkan pemilik dana untuk mengalihkan penanamanya dari saham ke deposito, hal ini disebabkan pemilik dana merasa lebih untung mempunyai deposito dengan hasil bunga tinggi dari pada menanam modal dengan keuntungan yang tidak dapat diprediksikan, lebih-lebih dalam keadaan ekonomi yang tak menentu.
Dalam dunia perbankan pun peningkatan suku bunga bila dikaji lebih lanjut juga bisa merugikan selain memperburuk kerja bank sbagai debitur, kenaikkan suku bunga tidak disertai kenaikkan bunga pinjaman sehingga bank mersa dirugikan.  Kebijakan pemerintah dalam menghadapi inflasi di Idonesia dengan menaikkan tingkat suku bunga dapat disimpulkan bahwa menaikkan suku bunga dianggap efektif untuk memperkuat rupiah apabila tidak terdapat faktor- faktor lain diluar faktor ekonomi yang mengganggu. Hal ini disebabkan karena jika keadaan lain mendukung maka keadaan ekonomi pun segera bisa cepat distabilkan. Dengan kata lain menaiikan suku bunga efektif hanya untuk mengendalikan inflasi tetapi tidak efektif untuk menekan laju inflasi apalagi dengan periode yang lama.
Kedua, dalam menghadapi dampak krisis di bidang sosial masyarakat khususnya pengangguran pemerintah mengambil beberapa kebijakan. Hal tersebut dilakukan pemerintah karena dampak dari adanya pengangguran dapat mengganggu pertumbuhan perekonomian beberapa tahun kedepan. Sebenarnya banyaknya pengangguran saat krisis waktu itu berhubungan dengan adanya inflasi.  Hal itu dikarenakan adanya inflasi menjadikan ekonomi tidak stabil sehingga  konsumsi masyarakat pun berkurang yang berakibat pada kurangnya keuntungan produksi. Keuntungan yang sedikit melatarbelakangi aktivitas perusahaan berkurang bahkan bisa merugikan perusahaan dan berakir pada pengurangan jumlah tenaga kerja. Kebijakan pemerintah saat itu dengan membedakan penanganan pengangguran yang berpendidikan dan tidak berpendidikan sudah tepat. Hal ini dikarenakan penanganan pengangguran yang tidak berpendidikan mungkin dirasa pemerintah jauh lebih mudah. Pengangguran yang tidak berpendidikan biasanya lebih mudah menyesuaikan diri dengan pekerjaan barunya. Apalagi jika dihubungkan dengan kebijakan memanfaatkan potensi ruang yang maksimal, pengangguran yang tidak berpendidikan bisa menjadi pelaku utama dalam melaksanakan kebijakan ini. Contohnya dengan mengolah lahan-lahan yang masih kosong dan belum diolah secara maksimal. Selain hal tersebut pemerintah juga bisa membentuk suatu komunikasi dengan masyarakat untuk memaksimalkan kreatifitas masyarakat yang terampil dan  bisa menghasilkan keuntungan, meskipun keuntungan tersebut hanya bisa untuk mempertahankan daya beli masyarakat  sehingga perekonomian bisa berjalan.
Akan tetapi penanganan pengangguran masyarakat yang berpendidikan mungkin mengalami hambatan. Hal ini dikarenakan masyarakat yang berpendidikan terlalu memikirkan pekerjaan nya harus sesuai jurusan yang ia tempuh selama bersekolah. Berdasarkan kebijakan diatas mungkin pemerintah mengambil cara membentuk networking dengan usaha usaha menengah keatas yang bisa menyerap tenaga kerja sesuai dengan ketrampilanya. Dengan konsekuensi pemerintah harus membantu usaha tersebut agar tetap mempertahankan produksinya sehingga tidak perlu mengurangi tenaga kerja. Dengan berbagai upaya tersebut diharapkan kepercayaan kepada ekonomi di Indonesia akan segera pulih dan ekonomi akan segera tumbuh kembali.






DAFTAR PUSTAKA
Adwin S,  Admadja. 1999. Inflasi di Indonesia : sumber-sumber penyebab dan pengendaliannya. Jurnal Akuntansi dan Keuangan.
Kartasasmita, Ginandjar .1998. Kebijaksanaan Pemerintah Mengatasi Krisis Ekonomi dalam Era Reformasi. (www.ginandjar.com/.../15KebijaksanaanPemerintahMenghadapiKrisi...
Prijambodho, Bambang. 2006. Evaluasi implementasi langkah- langkah penguatan kebijakan moneter dngan sasaranakhir kestabilan harga.
 ( http:// www.bappenas.go.id/get-file-server/node/488/ )  diakses pada tanggal 14 Oktober 2011 jam 21.20 WIB.
Romdiati, Haning.2000. Pengangguran Akibat Krisis Ekonomi : Strategi Penanggulangan di Tingkat Keluarga dan Masyarakat. Economics Krisis.
 ( http: //elib.pdii.lipi.go.id/katalog/index.php/searchkatalog/.../9338.pdf. http://www.google.co.id/#q=dampak+krisis+1998&hl=id&prmd=imvns&ei=LxOcTtfsKcq4rAe5_pWhBA&sqi=2&start=10&sa=N&bav=on.2,or.r_gc.r_pw.,cf.osb&fp=7fc0ee9e9f6e5dc4&biw=1440&bih=760) diakses pada tanggal 15 Oktober 2011 jam 19.25 WIB)
Tarmidi, Lepi .T. 1998. Krisis Moneter Indonesia : Sebab, Dampak, Peran IMF dan Saran.
Yudanto. Noor.1998. Dampak Krisis Moneter terhadap Sektor Riil . Jurnal Ekonomi Rakyat








4 komentar:

Unknown mengatakan...

ilmiah sekali... hehehe.. salam..

http://loloslowongankerja.blogspot.com/

Hendra Andika Perkasa mengatakan...

Terima kasih atas acuan sumber untuk krisis moneternya. Sekarang saya sedang menyusun skripsi tentang PT PINDAD (1999-2011) dan kebetulan ada sub-bab yang dampak krisis moneter terhadap PINDAD sendiri. Salam.

jendela mengatakan...

sundul77.com Situs Agen Bola Terbaik | Judi Casino Online | poker uang asli | Bandar Slot Terpercaya
sundul77.com Adalah Situs Agen Bola Terbaik | Judi Casino Online | poker uang asli | Bandar Slot Terpercaya, Game Slot Mesin, Agen Sbobet, Agen Ibcbet, Agen Mansion88 sundul77 Merupakan Salah Satu Bandar Bola, Bandar Casino, Poker Online Terpercaya IDNSPORT. Kelebihan Bandar Bola Terbesar www.sundul77.com Desain Website Menarik, Live Casino Online 24 Jam Non-Stop Bersama Dealer Eropa & Dealer Asia..
Situs Agen Bola Terbaik | Judi Casino Online | poker uang asli | Bandar Slot Terpercaya, Game Slot Mesin, Agen Sbobet, Agen Ibcbet, Agen Mansion88
Bolagaming mempunyai tim berpengalaman dalam melayani setiap member yang bergabung di situs judi taruhan bola terbaik ini. Kami menyediakan customer service online 24 jam yang akan menemani anda dan membantu memberikan arahan kepada anda agar mudah saat melakukan pendaftaran. Anda bisa memilih jenis permainan judi taruhan online apa saja sesuai keinginan anda.
Ayo Bergabung Bersama Situs Judi Taruan Bola Terlengkap Bolagaming
situs agen bola terbaik,judi casino online,poker uang asli,poker uang asli,agen ibcbet

wesleezahra mengatakan...

What is a Casino? | DRMCD
A casino, where players 제주 출장안마 choose from many different 공주 출장안마 casino games and win a few jackpots, usually 서울특별 출장마사지 comes with a 성남 출장샵 higher limit. Most slot machines, the 영천 출장샵 roulette wheel,

Posting Komentar