DIA dan BOLA


“Punten, Pak!!! Barongnya teh ada?”
Entah itu orang keberapa dan dari daerah mana lagi yang udah menghampiri pintu dengan gaya kejawa-jawaan itu.
“Barong siapa????, gak ada yang namanya Barong disini”. Suara dengan nada yang sedikit kasar itu tiba-tiba muncul dari balik pintu dengan ukiran Jepara yang kental. Gak tau udah berapa banyak orang dari berapa banyak suku yang telah menghampiri pintu itu. Dengan nada dan susunan kata yang sama,jawaban itu pasti terdengar ketika ada yang menyebut kata “Garong”. Yaiyalah disitu gak ada yang namanya garong, kalau ada sih namanya Muhamad Zaffar Akbar. Emang susah kalau orang tua gak tau nama beken anaknya. Sungguh betul namanya Muhammad Zafar Akbar, dipanggilnya Garong. Sudah 13 bulan ini si Garong meninggalkan rumah. Eitz... kali ini bukan karena suka rela meninggalkan rumah yang sarat dengan gaya Jawa abeeeeees itu, melainkan didepak alias di usir.
“Kowe iki ngerti apa ora tho Lhe?”
“Bapakmu iki orang terpandang , Bapak bekerja  di Departemen Sosial  ,setiap hari berhubungan dengan masyarakat luas,ngasik ceramah sana-sini,ngasik saran pada orang yang  gak bener,Walah dalah ternyata anakku sendiri gak ada bener-benerrnya sama sekali.” “Isin aku lhe isin!!!!”
“Wis sekarang  gak ngerti c , piye carane kamu angkat kaki dari rumahku?”
Itulah deretan kata-kata panjang sepajang  gerbong  “Senja Utama “ yang didengar  Garong dari mulut bapaknya,setelah hampir tiga tahun mulut bapaknya berbusa karena tiap hari tidak pernah absen ngomelin Si Garong.Puncak kemarahan Bapak Joko Subandi ( nama babenya Garong) berawal ketika Si Garong ketahuan mencuri keris kesayangan bapaknya. Usut demi usut keris itu peninggalan bapak dari kakeknya Garong.
“Alah besi tua udah karatan aja disayang-sayang “ oceh Si Garong sambil jalan.
Emang parah tu anak, hampir semua benda yang ada di rumah udah dijualnya.Yah semua orang udah tau semenjak nyokapnya meninggal  tiap hari kerjaannya dugem, minum dan ngedrag.Apalagi dia suka kesana sini jadi PK. Eitzzz bukan Power Rangers kelabu melainkan panggilan orang-orang yang suka banget Nge-seks. Emang parah ,pantes aja kalo tiap hari mulut bokapnya berbusa , orang klakuan anaknya gak ada bener-benernya.
Sampai suatu hari setelah pengusiran itu, Garong tak punya uang lagi buat beli satu barang aja.Boro-boro barang, seteguk anggurpun tak sanggup ia bayar.” BRAK”...”JEDAK” ....”BRAKKKKKKKKKKKKKKKK” Suara itu muncul dari sebuah bengkel bekas.
“Rong” “Sadar Rong”............
Suara Jiting muncula dari balik pintu. Malam itu tubuh kurus Jiting mencoba menegakkan Garong yang terbujur dilantai dwengan luka ditangan.Entah udah kali keberapa SiGarong sakau ditengah keheningan malam .Namun kali ini bisa dibilang yang paling parah.Tidak seperti malam malam sebelumnya, ketika Garong sakau Jiting datang denagn membawa sebutir barang bak Dewa yang datang membawa air satu galon ditengah gurun sahara.Malang banget dah Si Garong malam itu,soalnya Jiting yang juga pemakai tak punya persediaan satupun saat itu. Berhubung darah Garong teru-terusan mengalir ,akhirnya tanpa pikir panjang diangkutlah Garong keklinik terdekat.Dengan tali seadanya tubuh Garong yang lemah tak berdaya  disatukan dengan Jiting.
“Mungkin ****gi  sadar”
Suara itu terdengar terputus-putus ditelinga Garong, ....hanya sedikit percakapan dokter paruh baya dengan sosok Jo yang dapat didengar Garong saat pertama sadar.
Jo adalah sosok sahabat Garong dan Jiting yang ddulunya juga seorang pecandu,tapi sekarang udah insyaf. Jo lah yang membayar semua biaya pengobatan Garong.
Dengan dandanan ala eksmud , Jo menyempatkan diri melihat Garong yang udah mulai sadar.
“Udah sadar?” sambut Jo melihat Garong yang mulai bisa membuka matanya.
“Udah”  jawab Garong dengan sedikit mringis karena luka nya sakit buat digerkkan.
Jo bilang kalo hari ini Garong uadah boleh pulang.
........................................
Hari-hari berjalan seperti biasa. Jiting dan Garong masih juga disibukkan dengan Heroin,   vodkaa dan sejenisnya. Tapi siang itu berbeda, saat keduanya asik mendendangkan lagu ala anaak Punk, Honda Citi warna merah metalik,keluaran 2010 dengan nomer polisi  D 64 UL, menghampirikedua anak adam itu.
Ternyata itu Jo. “Jedar”gak ada ujan gak ada badai tapi Cuma petir, Jo memberikan sepucuk surat dalam amplop warna coklat, layaknya data melamar prkerjaan.....
“Positif” sapa Jo membuka percakapan
“Siapa yang hamil?” tanya Jiting sambil menggaruk-garuk kepala. Jo hanya diam.
Tangan Garong dengan cekatan membuka amplop itu.
Terbelalaklah mata Garong,padahal ia belum kelar membaca isi amplop itu.
“Malm itu,aku menyuruh dr.Alex mengambil sample darahmu”
Gak tau udah berapa tahun Garong tak menangis,mungkin terakr menangis ketika nyokapnya meninggal.
“Tenanglah, jika kamu bisa menjaga kesehatanmu, hidupm akan berjalan layaknya manusia sehat dan tak nampak seperti seoorang  penderitaa HIV” ucap Jo sambil berjalan kearah pintu mobilnya.
Jiting layaknya masih bingung dan setengah kaget dengan apa yang terjadi pada teman seperjuangannya itu.
Dengan seikit senyum disudut bibirnya Garong menjelaskan apa yang terjadi kepada Jiting.
Dan pada akhirnaya hari itupun tidak berlalu dengan suasana sedih layaknya kota Bandung yang sudah mulai dingin dengan  Garmis yang tak kunjung selesai.
Untuk menghibur diri, sore itu Garong seperti biasa menghampiri teman-temanya di lapangan dekat kantor kelurahan.
Semenjak nyokapnyaa meninggal Garong selalu pergi ke lapangan buat main futsal. Mungkin  Garong stu-satunya pecandu yangg masih peduli dengan olah raga.Mungkin karena dia adalah seorang  fanatik MU. Makanya ia sangat mencintai bola. Setelah melepaskan klubnya di Jakarta, dalm acara minggatnya Garong bergabung dengan para mojang Bandung buat main futsal.
Dengan keadaan lapangan alaa kampung yang seadannya, klub “BAROKAH”(Sebutan buat  klub futsal si Garong saat ini)  setiap sorenya berlatih  maupun hanya sekedar bermain. Dengan spesialisasi pemain belakang, pertahananan Garong tak mudah ditembus oleh dsekuat lawan.Kekompakkan pun menjadi kunci utama. Hampir tiap pertandingan klub kebanggaan orang kampung ini selalu menjadi pemenang. Ditengah keadaannya sbagai seorang pemakai + penderita HIV , Garong tetap menggantungkan impiannya di Barokah.Hampir  setiap hari Garong merasakan  kesakitan karena sakau namun ia tetap berusaha bertahan.
Hingga suatu saat Garong berujar ” Dengerin Bro!!!!!..........Kalau ada orang yang bayarin ni Barokah jadi klub gedhe diBandung  dan sekalian ngasik fasilitas, Gw mau jalan dari Bandung sampe Jakarta jalan kaki”
“Yakin lu?” tanya Jiting
“ Yakinlah, kalau kaga yakin namanya bukan Garong”. Dengan bangga Garong mengucapkan janjinya.
Beberapa minggu telah berlalu, Sore itu Bandung tetap basah dengan rintik hujan.Bayu yang juga pemain Barokah menari-nari didepan tempat biasa mereka memainkan bola.
Dan ternyata mereka sedang bersuka cita atas keputusan Pak Camat untuk membiayai  Barokah.. Keputusan itu diambil Barokah bisa menjadi pahlawan Bandung dalam Pekan olah raga Daerah di Jawa Barat. Dengan waktu yang singkat berita itu menyebar keseluruh telinga pemain.
Pagi-pagi buta Garong memulai perjalanan menuju kota Jakarta, waktu itu bau tanah karena hujan semalam masih akrab dipenciuman, diginnya kota Bandung tak membuat niat Garong surut.
Entah berapa jam Garong menempuh perjalanan panjangnya.
“Manuke,manuke cucak rowo......” lagu itu belum selesai dinyanyikan bapaknya Si Garong
Lagu itu terputus ketika bapak Garong melihat sosok Kurus, Hitam , Tinggi , dan lumayan dekil berdiri didepannya.
Sosok Garong telah mengganggu pagi cerah bapaknya. Tapi apa mau dikata Garong  sudah ada didepaan mata.Entah bagaimana anak dan bapak itu  membuka percakapan. Akan tetapi percakaapan itu berjalan satu araah. Mungkin kali ini Garong belum beruntung soalnya bokapnya menguasai pembicaraan. Busyeeeeeet  kapan  Garong ngomongnya. Tapi akhirnya Garong mulaai bicara. Terlihat dari jauh bokapnya meneteskan air mata.(So sweeeeeeeeeeet)
Mungkinkah bokapnya Bangga dengan pencapaian anakknya? Itu mungkin saja. Tapi kali ini bokapnya bangga dengan perjalanan Garong dari Bandung sampe Jakarta dengan keadaan kesehatanya.
“ Hufft, Dasar orang tua!!! masih aja nanyain nasib besi tua karatan “.Itulah celoteh Garong setelah mere ka terlihat baikkan.

3 komentar:

Unknown mengatakan...

anyar....anyar....
ayo promosi...

alunanpena mengatakan...

terimakasih atas komennya.saya berharap tulisan saya bisa membawa kebaikan.hahahahaha

Unknown mengatakan...

pul ipul...

Posting Komentar